IT HAS BEEN A BEAUTIFUL FIGHT, STILL IS.
8/26/2017
Ada tujuh milyar manusia di bumi ini. Masa itu fikirku kenapa Tuhan memilih hatiku untuk tetap ditempatkan disebelahmu yang tidak bisa kulihat sewaktu-waktu. Ah, tapi tenang saja. Toh, kita tidak hidup di zaman medieval di mana kerinduan mesti diretas oleh surat yang harus menyebrangi lautan. Kerinduan kita hanya perlu ditanggulangi oleh jempol yang mengetik di layar ponsel. Kita saling menyemangati di kala pagi datang dan saling mendoakan ketika malam tiba, Itu sudah lebih dari cukup.
Mungkin kau dan aku bukan ditakdirkan untuk jatuh cinta yang hanya untuk berjalan di dalamnya; menikmati waktu melambat hingga Tuhan mempertemukan kau dan aku. Maka kita berhenti mengutuk soal kenapa kita berdua hidup di tempat berbeda yang begitu jauh, dan mulai mensyukuri betapa benar perjumpaan kita indah adanya.
Aku berusaha menjaga janji yang kita berdua pernah ukir. Aku harap kau pun begitu.
Aku berusaha menjaga janji yang kita berdua pernah ukir. Aku harap kau pun begitu.
Tak usah khawatir...
Jarak terjauh kita hanyalah tentang "waktu".
Tabungan terindah kita adalah "rindu".
Jarak hanyalah satu titik kecil tak berarti.
Rindu adalah satu koma yang takkan menghentikan kalimat tentang kau dan aku.
-GARIS WAKTU, FIERSA BESARI-
7 tahun bukan masa yang singkat bagi kami untuk saling mengenal, hari-minggu-bulan-tahun menjadi deretan angka-angka yang menyaksikan betapa waktu melambat di kala rindu dan begitu cepat waktu berlalu saat bertemu. Seperti kebanyakan pasangan umumnya, dua tahun pertama kami lewati dengan bunga-bunga cinta bermekaran, dunia serasa milik berdua, kemana-mana selalu bersama. Tapi mana sangka tahun-tahun berikutnya alasan jarak lah yang kemudian mendewasakan, lebih tepatnya hanya berusaha untuk tetap terbiasa bahagia walau cukup berada di bawah naungan langit yang sama.
Rindu bukan diciptakan oleh jarak, tapi oleh perasaan.
Rindu ditemukan bukan karena dia jauh, tapi karena ia ada dan telah menyatu di dalam kamu.
Rindu bukan diciptakan oleh jarak, tapi oleh perasaan.
Rindu ditemukan bukan karena dia jauh, tapi karena ia ada dan telah menyatu di dalam kamu.
Meski tanpa memutus, intensitas tatap muka tentu saja mulai tergerus. Semenjak jarak membentang ketemu makin jarang-jarang, awal hubungan-jarak-jauh dua bulan sekali masih usaha biar ketemu, sampai terakhir pasrah aja dalam setahun cuma sempat ketemu dua kali (kalau ga salah ingat), itu juga lapak kencan nya numpang cuma kalau lagi ada kondangan temen 😪. Ga perlu salut dulu deh, karena sebenarnya gelora cinta kami ga sekalem itu hahahahahaha
Jangan heran dan ngajuin pertanyaan "emang itu hati ga kernyat-kernyit pas ga ketemu-ketemu?", duh, sama kok, manusia biasa. Tapi mungkin banyak yang ga tau kalau selama LDR itu justru pintu "pendekatan" lainnya justru semakin terbuka. Kalau dulu si Abang punya kesempatan ketemu Abah cuma sekali-kali di pengajian tahunan, justru waktu "jaga jarak" ini dia jadi sering main kerumah, malah akhir-akhirnya hampir tiap bulan ngapelin Abah. Iya, ketemunya cuma sama Abah. Sudah tradisi, buat Abah ga ada agenda ditinggal ngobrol dua-duaan di dalam rumah, malah seringnya kalau sekeluarga lagi solat berjamaah aja trus ada tamu laki-laki sms/nelp Abah berkabar sudah didepan rumah, jamaah wirid pun langsung refleks dibubarkan, anak-bini dipingit dikamar masing-masing. Dalam kasus kami, lucunya, walaupun kadang-kadang ga sengaja papasan ketemu pas di sekitaran dalam rumah, jangankan saling sapa, saling ngelirik aja engga. Well, jadi jelas sebenarnya bukan ga ada kesempatan sama sekali buat kita berdua nyempetin ketemu, cuma kayaknya ga ada alasan yang berarti buat merusak apa yang mulai berjalan baik. Itu aja.
Jangan heran dan ngajuin pertanyaan "emang itu hati ga kernyat-kernyit pas ga ketemu-ketemu?", duh, sama kok, manusia biasa. Tapi mungkin banyak yang ga tau kalau selama LDR itu justru pintu "pendekatan" lainnya justru semakin terbuka. Kalau dulu si Abang punya kesempatan ketemu Abah cuma sekali-kali di pengajian tahunan, justru waktu "jaga jarak" ini dia jadi sering main kerumah, malah akhir-akhirnya hampir tiap bulan ngapelin Abah. Iya, ketemunya cuma sama Abah. Sudah tradisi, buat Abah ga ada agenda ditinggal ngobrol dua-duaan di dalam rumah, malah seringnya kalau sekeluarga lagi solat berjamaah aja trus ada tamu laki-laki sms/nelp Abah berkabar sudah didepan rumah, jamaah wirid pun langsung refleks dibubarkan, anak-bini dipingit dikamar masing-masing. Dalam kasus kami, lucunya, walaupun kadang-kadang ga sengaja papasan ketemu pas di sekitaran dalam rumah, jangankan saling sapa, saling ngelirik aja engga. Well, jadi jelas sebenarnya bukan ga ada kesempatan sama sekali buat kita berdua nyempetin ketemu, cuma kayaknya ga ada alasan yang berarti buat merusak apa yang mulai berjalan baik. Itu aja.
The rule is: There's no personal competition, when you're manifesting your own lane.
You will never need to overextend yourself for what's already yours.
You will never need to overextend yourself for what's already yours.
💙💙💙
Setia itu seperti ini, sejauh apa langkah ini berjarak ribuan kaki, sekuat apa hati ini mencari pengganti, pasti menemukan jalan kembali. Karena pada akhirnya yang terpenting adalah muhasabah diri, bahwa yang telah bersedia menemani perjuangan dari nol lah yang hadirnya patut disyukuri.
Setia itu seperti ini, sejauh apa langkah ini berjarak ribuan kaki, sekuat apa hati ini mencari pengganti, pasti menemukan jalan kembali. Karena pada akhirnya yang terpenting adalah muhasabah diri, bahwa yang telah bersedia menemani perjuangan dari nol lah yang hadirnya patut disyukuri.
Meski sempat tak tahu langkah mana yang harus dijalani, tetaplah memilih meneruskan langkah. Jika ditanya kenapa saling memilih? Itu karena Allah telah menghadirkan seseorang yang tengah menunggu dan berjuang memantaskan diri. Walau jodoh tetap rahasia Allah, yang perlu diyakini adalah sehebat apapun setia, selama apapun menunggu, sekeras apapun bersabar, berharaplah kelak semua ditetapkan dengan ganjaran terbaik.
Tetaplah dihatiku dengan kesan yang baik, menghangatkan jarak tentang sebuah cinta, jadilah pelindung ketidakmampuanku dalam menjaga prasangka. Tolong bantu aku hingga waktu terlelahmu datang. Aku menunggu, kamu siap menuju.
-MELODY DALAM PUISI, PANJI RAMDANA-
Dulu, ga cuma sekali-dua yang pernah nyindir tentang hubungan ini. Entah semacem cuma buat nyinyir bahan becandaan yang umum sampe yang nyeri di hati bikin ngulum senyum; "Kalian serius ga sih? kapan nih halalnya", "Ngapain sih pacaran lama-lama banget, takut ntar ujungnya cuma ngejagain jodoh orang", "Duh, hubungannya bertaun-taun, kalau ngambil cicilan udah lunas tuh kreditan helikopter", "Mentok amat, emang ga punya pilihan?", hahahahaha SABAR. Iya, sabar lagi. karena kalau sabar aja bisa jadi pengendali protesnya hati, kenapa sabar ga bisa menyelamatkan dari protesnya komentar orang?
Pertama,
Menikah itu komitmen jangka panjang. Bukan pilihan sederhana kalau ngebet menikah cuma gara-gara sudah lulus kuliah, apalagi karena temen-temen pada nikah. Menikah itu tentang kesamaan visi dan misi, keyakinan bahwa jika berdua segalanya akan lebih baik dalam konteks seperti apa, dan sudah matang kah kemampuan diri sendiri menjadi dan untuk membawa ketenangan bagi pasangan kelak. Bukan cuma karena dianggap sudah kenal bertahun-tahun lantas semuanya sudah baku membaur jadi satu kepala, dan bukan juga berarti ditahan berlama-lama karena hati belum mantap. Menunggu itu memang bukan pekerjaan menyenangkan, tapi terkadang yang disebut keberanian adalah kesabaran dengan penuh harap untuk mampu bertahan lebih lama sambil terus memperbaiki diri. Semua akan melangkah ke pelaminan pada akhirnya, tapi ga semua kisah perjalanannya sama, jadi hanya karena caranya berbeda bukan berarti hubungan ini tersesat. Bukankah jodoh sudah tertera meski dipercepat atau terlambat? Mungkin menunggu adalah hal berat, tapi ini bukan tentang menunggu tanpa kepastian, ini tentang menikmati masa berjalan hingga masa tunggu itu usai disaat tepat. Simply, Ini perkara perjanjian Tuhan, dengan waktu yang sudah ditentukan.
Kedua,
Ketiga,
"Udahlah.. tinggalin aja, bangun hubungan baru sama orang lain yang masih bisa disusun dari awal lagi daripada nerusin yang sudah rumit begini. Ya bukan apa-apa sih kasian aja kalian stuck berdua." Mendesir rasanya ketika mendengar orang lain memberiku atau memberinya saran "menyudahi dengan singkat" hubungan yang kami bina. Setiap hubungan punya masalah, tapi bukan serta merta kemudian dengan mudahnya jalan pintas yang ditawarkan adalah memberi umpan salah satu diantaranya dengan pasangan baru. Gini lho, darimana bisa disebut solusi, ketika sebuah masalah yang menggantung ditimpa dengan memupuk akar masalah baru? Bukan sebal karena diingatkan masing-masing dari kita masih punya kesempatan memilih, dimana logikanya ketika seseorang bisa-bisanya berkata diluar batas entah apapun sebutannya; main-main, senang-senang, refreshing, coba-coba, iseng-iseng, yang nasehatnya berpengaruh mengarah ke pengkhianatan sementara maupun permanen, mau itu disebut selingkuh fokus, hati, atau mungkin fisik. Sesuatu yang seharusnya bisa dipertanggung-jawabkan dengan dewasa, diceletukkan semudah itu tanpa rasa.
Jujur aja, sesering-seringnya saya jadi sampah curhatan, rasanya walau sebermasalah apapun urusan orang, saya ga pernah lancang ngasih mereka saran buat ninggalin pasangannya apalagi cari pelampiasan atau selingan. Jadi ya bisa diambil kesimpulan, emang cuma yang punya basic mental kutu loncat yang bakal ngasih motivasi ke orang lain biar hubungannya tambah cacat.
Ah.. kadang memang ada orang-orang dengan kelakuan ga penting yang ga perlu ditanggapi dengan reaksi.
Ya ya ya, memang kadang kehadiran orang-orang baru bisa saja "terlihat" lebih menarik, lebih seru, lebih lucu, lebih membuat bersemangat sementara waktu. Yang perlu diingat, rumput tetangga mungkin "terlihat" lebih hijau, tapi kalau hujan ya sama aja beceknya. Trus kalau itu rumput tetangga udah bisa jadi milik, apa lantas nantinya ente bisa ngatur hujan? atau ente mau terus-terusan ngiler liat rumput tetangga lainnya kalau halaman baru ente becek lagi? Jelas bukan solusi.
Jatuh cinta itu mudah, tapi untuk mempertahankannya hanya bersama satu orang yang itu-itu saja, untuk mengerti bahwa kecemburuan adalah salah satu ciri kestabilan hubungan, atau untuk menyadari bahwa betapa kekanak-kanakannya menyudahi sebuah hubungan hanya karena beralasan bosan, dibutuhkan sepasang pribadi dewasa yg berani berkomitmen. HAHA! rasanya ingin ikut terbahak - kalau bisa, tepat didepan biji matanya. Saya sih cukup tau aja. Seandainya mereka mengerti a friend should help you feel secure, not make you feel like you are constantly walking on egg shells, isn't? Apalagi untuk sebuah kontribusi nasihat besar yang didalam hubungan mereka dengan pasangan masing-masing sendiri aja (saat itu) belum jelas arahnya kemana. Oh ya jadi ingat, apa sebutannya? "Caliscaludam; Coba-lebih-sering-ngaca-luar-dalam" deh ya 😉👌 I might keep in silent when you guys treat me as a fucking idiot, but didn't ever get me wrong, I was not that fool anyway. I could have throw my crown on and remind you who you're dealing with, tapi rasanya ga perlu. Ingat taktik tinju? yang juara adalah yang mampu bertahan, bukan yang buang energi dengan liar mempertaruhkan segalanya hantam kanan-kiri sembarangan. Telak. Itu juga berlaku dalam rumus kehidupan.
Andai kalian tahu bagaimana saya berusaha mempertahankan, saya ragu kalian sanggup. Karena untuk semua itu, kalian perlu menjalani yang saya hadapi.
Tapi yang kalian harus tahu, hasrat ini bukan seperti lilin ulang tahun, yang mudah dipadamkan oleh hembusan hanya agar penonton bertepuk tangan.
Pertama,
Menikah itu komitmen jangka panjang. Bukan pilihan sederhana kalau ngebet menikah cuma gara-gara sudah lulus kuliah, apalagi karena temen-temen pada nikah. Menikah itu tentang kesamaan visi dan misi, keyakinan bahwa jika berdua segalanya akan lebih baik dalam konteks seperti apa, dan sudah matang kah kemampuan diri sendiri menjadi dan untuk membawa ketenangan bagi pasangan kelak. Bukan cuma karena dianggap sudah kenal bertahun-tahun lantas semuanya sudah baku membaur jadi satu kepala, dan bukan juga berarti ditahan berlama-lama karena hati belum mantap. Menunggu itu memang bukan pekerjaan menyenangkan, tapi terkadang yang disebut keberanian adalah kesabaran dengan penuh harap untuk mampu bertahan lebih lama sambil terus memperbaiki diri. Semua akan melangkah ke pelaminan pada akhirnya, tapi ga semua kisah perjalanannya sama, jadi hanya karena caranya berbeda bukan berarti hubungan ini tersesat. Bukankah jodoh sudah tertera meski dipercepat atau terlambat? Mungkin menunggu adalah hal berat, tapi ini bukan tentang menunggu tanpa kepastian, ini tentang menikmati masa berjalan hingga masa tunggu itu usai disaat tepat. Simply, Ini perkara perjanjian Tuhan, dengan waktu yang sudah ditentukan.
Kedua,
Bertahun-tahun itu terlewati karena fokus kami beda, masing-masing sepakat masih punya life-goals yang pengen dicapai sebelum memutuskan menikah, entah dengan siapapun itu pada akhirnya. Ada begitu banyak prioritas yang menjadi tanggung jawab bagi kami sebelum konsentrasi menjejaki pernikahan. Jadi ga melulu konsen "ngurus pacaran", atau kemana-mana mojok, lagipula selama komunikasi baik-baik aja, kenapa harus dicari-cari ga cocoknya? Toh kami bukan ga melakukan apa-apa, tapi restu orangtua tetap diatas segalanya. Apa sepantasnya ketika seorang anak perempuan yang masih bisa melakukan banyak hal selama berada disamping orangtua ketika mereka membutuhkan atas segala jerit payah yang mereka lakukan selama membesarkannya lantas semena-mena dia berhak tiba-tiba memohon ridho untuk dilepaskan kepada lelaki lain yang baru dikenal kemaren sore untuk hidup bersama selamanya? Apa kurang konyol ketika datang seorang anak lelaki pada ibunya setelah bertahun-tahun merantau demi memboyong seorang gadis pujaan tanpa sempat punya waktu menikmati bakti setelah kembali dari perjalanan menuntut ilmu dengan masa tunggu panjang yang diberikan ibunya dengan berjuang?
Apa yang salah dengan sedikit waktu untuk memantaskan diri, bagi seorang perempuan untuk menerima keikhlasan Ayah-Ibu sampai rela melepaskannya? atau bagi seorang anak lelaki yang tidak ingin datang dalam keadaan sembarang karena faham perempuan yang diperjuangkannya ini telah dibahagiakan mati-matian oleh orangtuanya.
Apa yang salah dengan kesediaan menunggu, bagi seorang perempuan ketika lelaki yang dinginkannya menjadi imam bagi dirinya untuk mempertanggung-jawabkan keluarganya terlebih dahulu? atau bagi seorang anak lelaki yang kelak ingin anak perempuannya juga diraih seorang pemuda dalam keadaan dan cara yang baik.
Dan alasan-alasan itu yang membuat kisah ini masih layak diteruskan.
Ketiga,
"Udahlah.. tinggalin aja, bangun hubungan baru sama orang lain yang masih bisa disusun dari awal lagi daripada nerusin yang sudah rumit begini. Ya bukan apa-apa sih kasian aja kalian stuck berdua." Mendesir rasanya ketika mendengar orang lain memberiku atau memberinya saran "menyudahi dengan singkat" hubungan yang kami bina. Setiap hubungan punya masalah, tapi bukan serta merta kemudian dengan mudahnya jalan pintas yang ditawarkan adalah memberi umpan salah satu diantaranya dengan pasangan baru. Gini lho, darimana bisa disebut solusi, ketika sebuah masalah yang menggantung ditimpa dengan memupuk akar masalah baru? Bukan sebal karena diingatkan masing-masing dari kita masih punya kesempatan memilih, dimana logikanya ketika seseorang bisa-bisanya berkata diluar batas entah apapun sebutannya; main-main, senang-senang, refreshing, coba-coba, iseng-iseng, yang nasehatnya berpengaruh mengarah ke pengkhianatan sementara maupun permanen, mau itu disebut selingkuh fokus, hati, atau mungkin fisik. Sesuatu yang seharusnya bisa dipertanggung-jawabkan dengan dewasa, diceletukkan semudah itu tanpa rasa.
Jujur aja, sesering-seringnya saya jadi sampah curhatan, rasanya walau sebermasalah apapun urusan orang, saya ga pernah lancang ngasih mereka saran buat ninggalin pasangannya apalagi cari pelampiasan atau selingan. Jadi ya bisa diambil kesimpulan, emang cuma yang punya basic mental kutu loncat yang bakal ngasih motivasi ke orang lain biar hubungannya tambah cacat.
Ah.. kadang memang ada orang-orang dengan kelakuan ga penting yang ga perlu ditanggapi dengan reaksi.
Mungkin justru suatu hari kisah ini jadi inspirasi, biar kemudian komentar mereka yang jadi saksi.
Ya ya ya, memang kadang kehadiran orang-orang baru bisa saja "terlihat" lebih menarik, lebih seru, lebih lucu, lebih membuat bersemangat sementara waktu. Yang perlu diingat, rumput tetangga mungkin "terlihat" lebih hijau, tapi kalau hujan ya sama aja beceknya. Trus kalau itu rumput tetangga udah bisa jadi milik, apa lantas nantinya ente bisa ngatur hujan? atau ente mau terus-terusan ngiler liat rumput tetangga lainnya kalau halaman baru ente becek lagi? Jelas bukan solusi.
Jatuh cinta itu mudah, tapi untuk mempertahankannya hanya bersama satu orang yang itu-itu saja, untuk mengerti bahwa kecemburuan adalah salah satu ciri kestabilan hubungan, atau untuk menyadari bahwa betapa kekanak-kanakannya menyudahi sebuah hubungan hanya karena beralasan bosan, dibutuhkan sepasang pribadi dewasa yg berani berkomitmen. HAHA! rasanya ingin ikut terbahak - kalau bisa, tepat didepan biji matanya. Saya sih cukup tau aja. Seandainya mereka mengerti a friend should help you feel secure, not make you feel like you are constantly walking on egg shells, isn't? Apalagi untuk sebuah kontribusi nasihat besar yang didalam hubungan mereka dengan pasangan masing-masing sendiri aja (saat itu) belum jelas arahnya kemana. Oh ya jadi ingat, apa sebutannya? "Caliscaludam; Coba-lebih-sering-ngaca-luar-dalam" deh ya 😉👌 I might keep in silent when you guys treat me as a fucking idiot, but didn't ever get me wrong, I was not that fool anyway. I could have throw my crown on and remind you who you're dealing with, tapi rasanya ga perlu. Ingat taktik tinju? yang juara adalah yang mampu bertahan, bukan yang buang energi dengan liar mempertaruhkan segalanya hantam kanan-kiri sembarangan. Telak. Itu juga berlaku dalam rumus kehidupan.
Andai kalian tahu bagaimana saya berusaha mempertahankan, saya ragu kalian sanggup. Karena untuk semua itu, kalian perlu menjalani yang saya hadapi.
Tapi yang kalian harus tahu, hasrat ini bukan seperti lilin ulang tahun, yang mudah dipadamkan oleh hembusan hanya agar penonton bertepuk tangan.
You gained so much by walking away from some people's thoughts that brought you to negatively.
Then life became beautiful, bright, and calm again. Got the lesson?
💛💛💛
Aku tak pergi, aku tak kemana-mana.
Aku tak pergi, aku tak kemana-mana.
Bila aku pernah tak kau lihat, mungkin aku hanya sedang tertimbun oleh kesenanganmu yang lainnya
Mungkin aku salah, mungkin kau juga.
Mungkin aku salah, mungkin kau juga.
Tapi tetaplah disini dan belajar memperbaiki bersama-sama lagi.
Bukankah kita jatuh cinta tanpa alasan?
Agar bila kelak tak lagi kita temukan alasan-alasan untuk saling mencintai,
kita juga tak punya alasan-alasan untuk saling meninggalkan.
kita juga tak punya alasan-alasan untuk saling meninggalkan.
Sekeras-kerasnya keras kepala kita,
Takkan pernah ada rasa ingin membenturkan semua ini, ke hati yang lain.
Tapi jika sempat terpikir untuk pergi, maka cobalah sejauh-jauhnya.
Sampai kita sadari bumi ini bulat, semakin pergi berlari semakin cepat pula mendekat.
Walau yang menyala, akhirnya padam juga. Yang terbit, juga akan terbenam.
Namun setidaknya hingga detik ini, kita ialah masih.
Karena terserah apapun pertanyaannya, tetap bagiku kau adalah sebuah jawab.
-UNTUK MATAMU, KHARISMA P LANANG-
Jangan dikira hubungan-jarak-jauh yang pernah kami alami bebas dari masalah-masalah alot yang memuakkan. Berawal dari pertemuan yang semakin terbatas, menimbulkan spekulasi kecurigaan yang perlahan meretas, hingga menciptakan tumpukan kecewa yang menebal jadi dinding pembatas. Percayalah, hubungan-jarak-jauh itu membosankan, bahkan kadang jenuhnya bisa sengaja dibuat-buat, mencari-cari alasan hingga tanpa disadari terjebak rasa bersalah karena membuat banyak hati justru malah ikut terlibat. Ya, hubungan-jarak-jauh menguji kesabaran ketika dua orang tidak pernah bisa menyelesaikan akumulasi masalah terpendam yang tak kunjung terbicarakan.
Ingat betul bagaimana awal hubungan kami mulai terlihat menjanjikan, ketika tepatnya sejak awal 2016 lalu terlihat tanda-tanda respon kedua orangtua hingga sedikit demi sedikit -meski terkadang dengan nada yang canggung- tapi secara sengaja mereka kerap mengangkat isu serius pembicaraan kearah rencana pernikahan. Mungkin seharusnya bagai secercah harapan seperti yang selama ini ditunggu-tunggu, seandainya kemudian yang terjadi diantara kami justru bukanlah tindakan mundur-maju.
Yap. Pernikahan itu nilainya setengah agama, karena begitu besar dan berharga, maka para setan mati-matian menghancurkan setengah agama tersebut-termasuk menggoda siapa saja yang hendak menikah. Bentuk godaannya macam-macam sekali, misalnya, menghadirkan seseorang di masa lalu, menjauhkan hati dari keinginan untuk menikah, memberikan peluang-peluang yang sebenarnya ujian, melemahkan kesetiaan dengan keragu-raguan, melalui pergaulan dan kesenangan selagi bebas berteman, mengiming-imingi kehidupan dengan belum bisa menikah demi karir, dan masih banyak lainnya.
Lelaki digoda pandangannya, perempuan digoda pendengarannya.
Itu kenapa hubungan-jarak-jauh lebih sulit bertahan, karena konon katanya diantara pasangan yang secara fisik berjauhan akan lebih mudah hatinya disusupi godaan menunda pernikahan.
Jadi ini pesannya; kalau hati ga kuat apalagi kalau masih lemah iman, jangan pernah coba-coba hubungan-jarak-jauh karena berpotensi menyebabkan serangan komplikasi hati dadakan dan emosi labil tingkat tinggi. Singkatnya, kalau perlu jangan pacaran dengan yang sejenisnya, Eh I mean that: jangan membuat hubungan dalam bentuk apapun sebutannya Pacaran kek, TTM kek, PHP kek, yang tidak termiliki sebelum waktunya. Loh kan saya juga pernah pacaran? Justru karena dulu nyobain pacaran, makanya sekarang saya saranin jangan. Termasuk hubungan "kakak-adek" tapi rajin berbalas chatting semacam lagi-dimana-mau-ikutan-ngumpul-ga-rame-kalo-kamu-ga-ada, kamu-udah-makan-cepet-makan-gih, udah-mandi-belom-ih-bau-acem, atau ajakan janjian telponan dengan obrolan sok nginggris asik diakhiri kode emoticon sok manis, atau ada lagi yang mau-maunya diciye-ciye-in karena boncengan kesana-kemari. Terdengar receh tapi benar ada(nya). Walau misalnya jelas si dia itu emang cuma tertarik sama kamu -apalagi kalau malah jelas-jelas saling tau dia sudah punya komitmen sama orang lain juga, serius deh, melibatkan diri dalam situasi seperti itu ga bikin derajat Anda lebih baik dari orang yang nerima ajakan pacaran. Yang statusnya pacaran aja bisa makan hati, apalagi yang gapunya status apa-apa, pilihannya cuma dua: kalau sampe ketauan bakal nyakitin hati orang, atau beresiko ujungnya patah hati sendiri.
Silahkan ditimbang dua kali, jangan lupa mikirnya pake hati nurani.
Sekali lagi, ingat. Saython dan kawanannya tidak mudah menyerah dalam menghancurkan sebuah rencana pernikahan.
Ok. Back to topic. Berdasarkan pengalaman yang pernah saya jalani, Pacaran disertai hubungan-jarak-jauh yang terlalu lama itu banyak keselnya, capek bok! Masalah yang sepele tapi berkelanjutan jadi ga mudah terurai logika karena selalu gabisa ngobrolin langsung berdua, sampai semuanya numpuk di dada tinggal nunggu meledak kayak bom waktu. Tantangan terbesar hubungan-jarak-jauh adalah kuat-kuatan nahan sabar menghadapi akumulasi masalah yang selalu tertunda penyelesaiannya karena ga kunjung terbicarakan. Keluhan yang paling sering saya ulang adalah "bisa gak kamu cari cara senang-senangnya yang bikin aku tenang?", dan kemudian berbalas pertanyaan serupa "kelakuan berbahaya aku yang mana sih yang bikin kamu ga bisa percaya?" gitu aja terus dari jaman hape blackberry sampe android, mungkin kalau saat itu bisa langsung muntahin uneg-uneg yang ada kita udah saling jambak-jambakan 💢💢 Lucunya, setiap punya waktu luang buat ketemu kami justru memilih untuk ga membahas hal-hal yang selama ini bikin ribut, yang ada malah adem ayem mesra macem kekasih tak terpisahkan bak film india. Pertanda bahwa ketika sedang bersama adalah cara tercepat untuk tetap merasa baik-baik saja, apapun masalahnya. Tsaaah~~
Positifnya, diantara jeda setiap punya masalah yang gabisa langsung dilampiaskan itu kita jadi punya waktu buat cooling down, ngademin kepala masing-masing, introspeksi-ngerasa bersalah-dan saling memaafkan. Bagi saya, hubungan ini banyak membuat saya belajar merubah prinsip kewanitaan yang umum selama ini. Teorinya, ketika masih single boleh berteman dengan siapa saja, dan hal ini agaknya kurang cocok buat saya, karena faktanya walaupun ramah lingkungan, saya adalah tipe manusia cuek dengan tampang jutek kebangetan kalau sama orang yang baru dikenal terutama lawan jenis, dan ini bikin saya sering banget dibilang sombong. Ya emang udah begini bawaan dari orok mau gimana?
Dulu, saya sering banget ga ngerespon atau tiba-tiba ilang waktu lagi diajak sms atau chat sama orang-orang yang menurut radar saya rada bau-bau modus, termasuk lah si Abang ini. Bukannya apa-apa, saya selektif karena saya malas berurusan sama cowok-cowok alay yang bisa bawa pengaruh besar bikin saya dikutuk orangtua karena saya masih dibawah naungan aturan Abah. Hanya yang berjiwa satria yang mampu menaklukan benteng ini hahahahaha itu juga ternyata butuh bertahun-tahun deng 😝
Dan berdasarkan teorinya lagi, kata orang, kalau pacaran perempuan itu jangan terlalu gampang dibujuk, awalnya saya setuju pendapat ini, tapi kemudian setelah menjalani hubungan ini saya justru jadi royal maaf hahahahaha bukannya apa-apa, selama ini saya merasa sudah terlalu banyak dia memaklumi segala keterbatasan yang saya punya, entah itu pembagian waktu luang yang minim, belum lagi tentang under rules-nya Abah, jadi ketika saya tambah dengan bumbu sok jual mahal, yang ada nanti malah saya jadi sombong beneran. Apalagi selama ini komunikasi kami selalu terjaga baik dan fast respon, dia juga ga pernah absen seharipun mantau kabar walau misalnya saya tau banget padahal dia lagi kesel sama saya, jadi kenapa saya harus belagak songong dengan sengaja ga nge-read pesannya selama 2-12 jam cuma karena lagi ngambek? Dan dalam prakteknya, saya rasa tipe perempuan yang mudah diajak baikan juga ternyata punya nilai plus buat dipertahanin wkwkwkwk
Sekali waktu pernah saya bertanya, apa yang bikin dia masih tetap bertahan, dia bilang tujuan utama saat ini adalah pernikahan yang membutuhkan pasangan yang saling menentramkan, dan bersama saya dia merasa jauh lebih tenang. Sebaliknya ketika dia bertanya kenapa saya masih betah menunggu kalau memang mulai meragu, saya jawab karena saya percaya hubungan ini bisa berjalan jauh bukan karena kebetulan, jadi ketika masih ada peluang saling memperbaiki kenapa harus berhenti berjuang?
Ya. Berjalannya waktu sedikit-banyak kami berdua mulai mengerti bahwa kejenuhan yang sempat dialami bukan karena pasangannya yang mulai terasa membosankan, berubah, atau terlupakan. Tapi karena sudah jenuh menghadapi diri sendiri yang belum juga punya kapasitas menggeser jarak yang jadi pembatas selama ini.
Mungkin memang saya yang masih kurang kalem, atau memang dia juga masih sering kebanyakan gaya.
Saat itulah kami mulai pasrah.
Tapi bukankah diantara kesulitan datangnya bersamaan dengan kemudahan?
Dipuncak banyak-banyaknya masalah dan keraguan itu, ketika saya punya kesempatan berangkat Umroh (baca disini) Abah berkali-kali mengingatkan ditempat-tempat mustajab disana untuk berhajat sebanyak-banyaknya termasuk sesuatu yang selama ini ga pernah dipinta. Jujur aja, saya hampir jarang berdoa tentang jodoh secara spesifik apalagi sampe nyebutin nama seseorang. Entahlah, kayak malu aja gitu padahal jelas-jelas Allah sudah tahu nama siapa yang tertulis buat saya di Lauhul Mahfudz. Sampai suatu hari pas lagi safari malam ke Jabal Rahmah sebenernya dihati udah niat pengen foto kertas bertulisan nama mumpung lagi disini, mengingat dia sudah sering ngirimin foto kertas corat-coret tiap naik gunung. Tapi setelah dipikir-pikir engga jadi ah, too mainstream 😂 Sampai dipuncak, tiba-tiba Abah bisikin "tulis ditemboknya khusus nama orang yang hati sheila mau panggil". What, apaan nih tumbenan? Dengan rada canggung karena sudah disodorin pulpen sambil didorong-dorong akhirnya setelah nemu space kosong tertulislah nama AHMAD KHOTIM disana. Pas mundur beberapa langkah sambil ngeliatin tulisan itu kok malah jadi awkward ya kayak yang alay gitu, akhirnya direvisi aja lah dibagian bawahnya ditambah-tambahin nama-nama ade-ade gue juga. Lah kan emang iya semuanya disayang hahahahaha
Manalah nyangka ga lebih dari 40 hari setelah pulang Umroh, itu orang beneran nongol kerumah bawa perwakilan kakak-kakaknya buat ngutarain lamaran. Ajiblah, sekali-kalinya naik gunung langsung sukses manggil jodoh. Ahay~
Pesan moral:
Kalau keluar rumah maka langkahkanlah kaki ketempat-tempat bermanfaat, jangan buat rame gegayaan cekakak-cekikik doang 😝😝
You will be amazed at how things magically fall into place when you let go of the illusion of control.
Patience is the key, even beautiful flowers take time to bloom.
❤❤❤
❤❤❤
-- AND TO BE CONTINUED --
0 komentar