APA YANG MILIK ALLAH MAKA KEMBALI PADA ALLAH

11/02/2017

Kadang, menerima dengan lapang dada karena kehilangan sesuatu emang ga semudah bilang I-K-H-L-A-S gitu aja. Jangankan ketika kita kehilangan sesuatu yang sudah jadi milik, untuk sesuatu yang-baru-mau-jadi milik tapi tetiba puff~ kesempatannya hilang gitu aja sudah seringkali kita sesali dengan kata "seandainya..." atau "harusnya..."

😔😔😔

Postingan ini ditulis sebagai curahan patah hati seorang manusia biasa yang ternyata ga tegar-tegar amat, seandainya lemah Iman dan tanpa bimbingan Tuhan.
Jadi mohon maaf kalau ada beberapa kalimat emosional dan atau penyertaan gambar-gambar kurang senonoh yang di upload disini. Ini bagian dari pendewasaan diri menghadapi tamparan-tamparan tantangan duniawi yang semoga aja jadi bekal muhasabah diri untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi di tahapan selanjutnya.

Apalah.

Jujur aja saya selalu baper tiap ingat momen ini. Ada rasa trauma, ketakutan macem parnoan lah gitu, bahkan untuk pertama kalinya merasa "sendirian" -sekali lagi kalau seandainya ga (meng)ingat(kan) diri bahwa uluran kasih sayang Tuhan itu Maha Dahsyat, sungguh, La tahzan innallaha ma'ana itu nyata.

Berawal dari sebab, yang menjadikan sesuatu itu "terlihat" logis. Pasca kondangan marathon tiap minggu di lokasi yang beda dan jauh-jauh, saya ngerasa badan saya drop, padahal saya bukan tipe orang yang gampang "pegelan" kalau urusan perjalanan panjang. Gatau kenapa antibodi menurun bikin pilek batuk never ending yang cukup ngebosenin, sampai ngabisin hampir 4 botol obat drugstore dan hampir sebotol obat warungan yang akhirnya bikin saya penasaran nyobain testpack.

You May Also Like

0 komentar