AND THIS IS, THE REAL WORLD!
2/08/2013DUNIA INI HANYA PERMAINAN,
TAPI TUHAN TIDAK MENCIPTAKAN DUNIA DENGAN MAIN - MAIN.
Ya, malam itu beliau menasehati kami demikian, lalu memangnya kenapa dengan kalimat itu?
Entah kenapa aku berfikir mungkin kalimat ini sebagai jawaban dari segala "kebetulan" yang pernah aku lewati dan baru aku sadari saat ini.
"Dunia ini hanya permainan", tutur beliau. "Tapi ingat bahwa Allah SWT TIDAK menciptakan dunia ini dengan main - main" sambung beliau lagi.
Di dalam Al - Qur'an, kalimat "dunia hanya permainan" bahkan disebut berulang - berulang, jika demikian mungkinkah itu hanyalah sebuah kalimat tidak bermakna?
Agnes said that LIFE IS NEVER FLAT. |
Jika di analogikan, Dunia adalah semacam sebuah tempat yang asik dan menyenangkan tapi mengandung bahaya di dalamnya, yah kita anggap saja DUFAN (Dunia Fantasi) Taman Bermain dan Rekreasi yang terkenal itu. Semua fasilitas yang ada disana disediakan sebagai wahana permainan, karena memang itu tujuan dari pencetus pembangun DUFAN, agar orang - orang yang berkunjung didalamnya bebas bermain. Namun pernahkah kita berfikir bahwa pembangunan dan perawatan DUFAN bukanlah hal yang main - main? Bahkan satu baut dari mesin wahana permainannya saja menjadi detail yang sangat penting. Bayangkan jika DUFAN dibangun dan dirawat secara sembarangan, mungkin tidak ada yang berani menggunakan satu pun wahana disana.
Begitupun dunia...
Allah memerintah manusia untuk "bermain" di dunia, menciptakan langkahnya sendiri, layaknya orang yang bermain di DUFAN memilih wahana mana yang ia ingin mainkan. Tapi sekali lagi, Allah tidak menciptakan dunia dengan main - main.
Dibalik semua "permainan" yang kita mainkan di dunia, kita memiliki misi yakni beribadah sebagai bekal di alam kekal kelak. Tidak ada satu kekeliruanpun yang luput dari pandangan Allah. dan tidak ada satu kebajikan pun yang tidak dicatat oleh Allah.
Ya, dunia hanya permainan. tapi bukan tempat kita memainkan peran "semau" kita sendiri.
Aku, seorang gadis yang terlahir sebagai anak Almh. Mama dan Abahku.
Haruskah aku bangga? Ya.
Haruskah aku bersyukur? Ya.
Tidak ada yang lebih berarti daripada semua pelajaran mental yang mereka berikan padaku.
Aku belajar keikhlasan dan ketegaran dari mama
Aku belajar bertanggung jawab dan kesabaran dari abah.
Aku ingat, sampai hari ini, usiaku hampir menginjak 21 tahun, aku bahkan tidak bisa melakukan banyak hal berarti untuk orang - orang disekitarku. Bahkan kini dibelakang namaku sebentar lagi akan menempel titel sarjana. Banggakah aku?
Dunia ini permainan...
Apa yang aku lakukan sampai hari ini hanya bermain. Saat ini, bahkan saat menulis postingan ini pun aku sedang bermain, bermain dengan dunia maya-ku.
Ya, aku hanya bermain..
Ingatanku melayang pada saat - saat aku pulang kuliah biasanya, sering sekali ketika baru pulang kuliah tiba - tiba aku "dibaweli" dengan permintaan tolong dari abah, dan terkadang adik - adikku. Tidak jarang aku melakukan keinginan mereka dengan dongkol. Terbersit kesal dihati "baru juga pulang kuliah, cape..."
Benarkah?
Sekarang aku menghitung apa saja yang aku lakukan sehingga aku merasa "cape"?
Kuliah. hanya duduk dikelas selama beberapa jam, apakah itu tergolong cape?
Bercanda, ngerumpi dengan teman - teman selama kuliah, apa itu masuk kategori cape?
Bahkan tidak jarang aku juga menyempatkan untuk jalan - jalan selama jeda kuliah, apa itu pantas disebut cape?
Dunia ini permainan..
Tapi kembali bahwa dunia diciptakan oleh Allah dengan tidak main - main.
Kini aku sadar, Allah membuat garis takdir pada hidupku untuk menjadi anak Abah dan Mama bukanlah dengan main - main.
Ketidak-adaan Mama saat ini membuatku sadar arti ibadah, bahwa ada yang mengharapkanku berbadah untuknya.
Ya, Allah telah merangkainya untukku..
Ke-protektif-an Abah dengan segala peraturan "mengada - ngada"-nya (bagi sebagian besar orang lain) menjadi "pagar pembatas"-ku.
Ya, berarti Allah juga mengatur hidupku melalui Abah.
Betapa cintanya Allah padaku, dan aku sering lupa mensyukurinya..
Tadi siang aku mengalami dua kejadian berbeda yang semakin membuatku sadar, bahwa Allah menciptakan takdir hidupku bukan dengan main - main.
Kejadian pertama, adalah ketika temanku, sebut saja -Angga- mengataiku (aku tahu bahwa itu bercanda loh) karena aku tidak bebas melaksanakan perkuliahan, apalagi saat kelas malam (dan beberapa mata kuliah yang terpaksa tidak lulus harus aku ambil ulang karena seringkali bentrok jadwal dengan jam "cinderella"-ku) sebenarnya bukan hal baru aku dikatai sheila-si-anak-abah bahkan mungkin semua temanku pasti pernah menyebutku dengan "gelar" itu, dan bukan hal yang tidak biasa juga kalau aku menanggapinya dengan balik bercanda, tapi entah kenapa hari ini lidahku memilih bercanda dengan membalas kata - katanya dengan pernyataan "ah elah, dibandingin IPK lo aja masih gede-an IPK gue walaupun bokap gue begitu". Serius, tidak ada sedikitpun suatu emosi tidak lazim saat aku mengucapkan itu.
Namun entah kenapa kalimatku itu, begitu mengental di otak-ku hingga malam ini.
Allah.. nikmat-Mu yang mana lagi yang bisa aku dustakan?
Aku, mahasiswa dengan segala keterbatasan yang telah ditentukan atas segala waktuku (di luar rumah) masih bisa lebih baik dari orang (orang) lain yang bahkan dengan rutin menjalani apa yang tidak bisa aku jalani.
Sekali lagi, Allah tidak menciptakan takdirku main - main.
Ya, dari awal aku ikhlas (lebih tepat berawal dari pasrah) atas keterbatasan kondisiku.
Aku menurut karena aku menghormati Abah.
Aku menurut karena aku segan dengan Abah.
Aku menurut karena aku takut pada murka Abah.
Tapi Allah faham dengan "keterpaksaaan"-ku, Ia bahkan membalasnya dengan sesuatu yang nyata pada diriku yang membuatku berbeda dengan teman sebayaku pada umumnya. Berbeda secara istimewa.
Berbeda dengan keunikan yang bahkan aku sendiri baru menyadarinya.
Kejadian yang kedua, saat aku digodai oleh kakak - kakak senior di fakultas ku tentang "larangan anak laki - laki main kerumah"
Apa ada yang salah?
Bagiku tidak.
Kenapa harus salah jika rumahku tertutup untuk teman - teman laki - laki?
Kenapa harus dianggap salah jika tidak pernah pacaran dirumah?
Kenapa harus salah jika aku sama sekali tidak pernah membawa pacarku masuk kerumah?
Dan mereka mengataiku aneh..
Aneh.
Hahaha
Entah aku atau diri mereka yang aneh. Rumah-rumah gue ya suka-suka gue lah ya menurutku.
Memang ada kebanggaan ya kalau berhasil memperkenalkan pacar dengan membawanya kerumah?
Memang ada kebanggaan kah jika diizinkan berpacaran dirumah?
Memang rugi ya, kalau pacarku tidak pernah menginap dirumahku?
Bagiku, dunia mereka yang terlalu aneh untuk ku fahami
Aku tidak munafik bahwa aku bukan juga seorang alim yang tidak menganut "pacaran"
tapi buatku, ketika aku berani membawa seorang pria untuk masuk kerumahku, aku ingin dia yang menjadi suami ku kelak.
Apa salahnya jika Abah ingin calon suami kami kelak menjadi orang limited edition sebagai pria diluar sana yang menginjak rumah kami dengan dasar ingin meminang aku, begitupun kelak dengan adik - adik perempuanku.
Entah, kami atau diri mereka yang aneh.
Dunia ini permainan,
Tapi Allah menciptakan dunia bukan dengan main - main,
Hanya saja jangan sampai menjadi permainan dunia...
Ini hanya sepotong tulisan,
Jika tidak berkenan, yaa.. ini kan blog saya hehehe
~~~~~~~~~~~~~~~~ :p
0 komentar